Musim panas di India tahun ini sungguh mematikan. Gelombang panas yang melanda negara itu telah menewaskan 96 orang. Suhu mencapai 48°C di beberapa daerah, memecahkan rekor sepanjang masa.
Kondisi ini disebabkan oleh cuaca ekstrem dan kelembaban relatif rendah, sehingga tubuh manusia tidak dapat mengatur suhu dengan baik. Para ahli memperingatkan bahwa gelombang panas seperti ini akan menjadi semakin sering dan intens di masa depan akibat perubahan iklim.
Pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi warga, seperti menutup sekolah, membatasi aktivitas di luar ruangan, dan menyiapkan tempat penampungan darurat. Warga juga diminta untuk menghindari sinar matahari langsung, meminum banyak cairan, dan mengenakan pakaian yang longgar dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat.
Gelombang panas mematikan ini mengingatkan kita pada kerentanan manusia terhadap bencana alam dan perlunya solidaritas untuk saling membantu menghadapi krisis. Semoga musibah ini dapat segera berakhir dan korban jiwa semakin berkurang. Mari kita berdoa agar cuaca ekstrem semacam ini tidak terulang di masa depan.
Menurut laporan, korban meninggal karena dehidrasi dan kelelahan akibat panas. Banyak yang bekerja di luar ruangan seperti tukang bangunan, petani dan pekerja konstruksi. Mereka terpapar panas berjam-jam dan akhirnya pingsan karena kepanasan dan kekurangan cairan.
Apa yang Menyebabkan Gelombang Panas Ekstrim di India?
Gelombang panas ekstrim di India disebabkan oleh beberapa faktor alam dan manusia. Secara alami, India beriklim tropis, dengan curah hujan yang tinggi dan suhu udara panas sepanjang tahun.
BACA JUGA : Pandawara Raih 3 Penghargaaan Tiktok Awards Indonesia 2023
Ketika musim panas tiba, suhu udara bisa mencapai 45 derajat Celcius atau bahkan lebih. Curah hujan yang rendah selama musim panas juga berkontribusi pada peningkatan suhu.
Selain faktor alam, aktivitas dari manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan penebangan hutan juga berperan dalam memperburuk gelombang panas. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana yang menjebak panas di atmosfer.